Menjawab pertanyaan seputar kelemahan diri memang tidak mudah. Karena pada dasarnya, wawancara kerja adalah kesempatanmu untuk menunjukkan kelebihan yang kamu punya. Sehingga tidak jarang, pertanyaan "Apa kelemahanmu?" justru terasa seperti jebakan.

Sebagian orang mungkin kebingungan apabila ditanya soal kelemahan diri saat wawancara kerja. Sebagian lagi mungkin sudah menyiapkan jawabannya, tapi merasa masih kurang realistis. Lalu bagaimana denganmu?

Dalam memilih kelemahan, kamu mungkin akan bertanya "apakah saya perlu menceritakan sejujur-jujurnya atau tidak?" Jika terlalu jujur, kamu mungkin malah menceritakan hal yang justru menggagalkanmu untuk mendapat sebuah pekerjaan. Tapi jika tidak jujur, hal tersebut tentu akan memengaruhi kredibilitasmu.

Pada dasarnya, pertanyaan seputar kelemahan ini ditujukan untuk melihat apakah kamu paham dan menyadari kekurangan diri sendiri dan seberapa besar usahamu untuk memperbaikinya. Karena itu, pastikan juga untuk memberikan contoh yang jelas agar penjelasanmu terlihat lebih meyakinkan dan manajer juga dapat memahami lebih baik apa yang ingin kamu sampaikan.

Pertanyaan ini juga merupakan kesempatan baik bagimu untuk menunjukkan cara apa saja yang telah kamu lakukan dalam mengatasi kekuranganmu. Dengan begitu, kamu juga bisa membuktikan bahwa kamu adalah pribadi yang secara aktif berusaha memperbaiki diri dan ingin terus berkembang.

Sekarang, mari pahami bagaimana kamu sebaiknya menjawab pertanyaan ini dengan realistis tanpa terdengar palsu dan klise.

Tidak Pandai Mengatur Waktu

Memiliki kesulitan untuk membagi alokasi waktu untuk tiap tugas karena terbiasa menunda-nunda pekerjaan. Di sisi lain, suka menambah tanggung jawab dengan menerima pekerjaan lain, tanpa menyelesaikan tugas yang ada terlebih dahulu.

Daripada menjelaskan bahwa kamu orang yang terlalu banyak membantu rekan kerja, menjawab langsung bahwa kamu susah membagi waktu akan lebih terdengar lebih tulus di telinga manajer.

Contoh:

Karena jabatan saya sebagai product marketing associate, saya untuk bekerja sama antar divisi, saya seharusnya mampu membagi waktu antara tugas, meeting, atau proyek lainnya. 

Di awal masa kerja, saya masih mampu mengerjakan tugas yang ada, meski kerap mendekati deadline. Namun seiring bertambahnya tanggung jawab, saya semakin kewalahan mengatur jadwal untuk tugas, terlebih undangan meeting yang kian padat.

Lalu tunjukkan upayamu mengatasi kelemahan tersebut. Contohnya:

Dari pengalaman tersebut, saya mulai membiasakan diri mencicil tugas yang ada beberapa hari sebelum deadline. Saya juga menetapkan reminder untuk masing-masing tugas, agar pengerjaannya lebih terjadwal. Sehingga apabila ada meeting dadakan, saya tidak lagi bingung mengalokasikan waktu yang saya punya.

Perfeksionis

Cenderung berkutat dalam suatu pekerjaan, sehingga terkadang menghabiskan waktu yang lama karena berulang kali memperbaiki detail yang mungkin tidak begitu penting.



Menjawab secara langsung bahwa kamu seorang perfeksionis akan terdengar membosankan di telinga manajer yang telah mewawancarai ribuan orang dengan jawaban yang sama. Karena itu dengan mengelaborasinya, jawabanmu akan terdengar lebih nyata.

Jangan lupa untuk sertakan contoh yang jelas, misalnya:

Ketika masih bekerja di Bukalapak sebagai social media strategist, saya pernah mendapat tugas untuk membuat desain sebuah post di Instagram. Karena terlalu fokus mengotak-atik desain post tersebut, saya akhirnya mengabaikan tugas-tugas lain yang seharusnya diselesaikan hari itu.

Lalu sertakan juga upayamu dalam memperbaiki kelemahan tersebut. Contohnya:

Tapi setelahnya, saya mulai membiasakan diri membuat to-do list untuk tiap pekerjaan yang saya dapat. Sehingga kini dalam satu hari, saya tidak akan berkutat hanya pada satu tugas.

Kurang Aktif Berpartisipasi 

Seringkali takut untuk memberikan pendapat dalam diskusi tim sehingga ketika tidak setuju akan suatu hal, memilih untuk diam dan tidak menyampaikannya.

Apakah kamu merasa kelemahan ini sangat sesuai denganmu? Seringkali merasa tidak percaya diri untuk memberitahukan hal yang berlawanan dengan pendapat orang lain karena takut salah atau mungkin menghindari perdebatan. Padahal justru pendapatmu itu bisa menjadi solusi terbaik untuk masalah yang sedang dihadapi oleh tim kamu.

Kamu bisa menerangkan bahwa:

Sewaktu saya menjabat sebagai product designer, saya sangat pasif dalam sesi brainstorming dengan tim. Saya juga merasa sungkan untuk meminta feedback dari manajer sehingga dulu saya sulit berkembang. 

Akhirnya, saya merasa harus berubah dan mulai memberanikan diri mengemukakan pendapat, meski dengan bantuan media seperti email. Semenjak itu, banyak pendapat saya yang diimplementasikan dan turut meningkatkan kualitas produk kami.

Dari contoh-contoh tersebut, hal yang paling penting kamu perhatikan adalah sebisa mungkin untuk menyampaikan jawabanmu dengan tulus dan mengakhirinya dengan cerita bernada positif. 

Usahakan pula untuk benar-benar menguasai pertanyaan ini dengan terus melatihnya dan jangan habiskan waktu lama dalam menjawabnya. Karena pada intinya dalam setiap wawancara kerja, kamu tentu ingin lebih banyak membahas kelebihan-kelebihan yang ingin kamu banggakan.

Artikel di atas merupakan bentuk kolaborasi RevoU bersama Universitas Bakrie, kampus dengan penerapan Experiential Learning yang menitikberatkan pembelajaran dengan pengalaman langsung guna menghasilkan lulusan yang siap terjung langsung ke dunia industri ketika lulus.

Yuk cari tahu informasi selengkapnya di Instagram @ubakriekampus atau kunjungi laman https://www.bakrie.ac.id/