Sebanyak 8 mahasiswa dari Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie baru saja menuntaskan student mobility program mereka di Universitas Tun Hussein Onn Malaysia. Agnissa Linggih Cahyani, Alifia Marsya Khairini, Mohamad Osvaldo Higa, Pedro Gosal, Muhammad Reyshahri, Rifki Alfarezi, Verlyn Setiawan, dan Violent menghabiskan kurang lebih 4 bulan untuk berkuliah di sana.
Nah, kali ini kita akan membahas cerita mereka!
Kenalan dengan Student Mobility Program
Student mobility program merupakan program yang memungkinkan mahasiswanya untuk merasakan pengalaman dan belajar langsung di universitas lain di luar negeri. Biasanya kampus-kampus yang akan dijadikan tujuan ini sudah memiliki kerja sama dengan kampus asal. Setidaknya mahasiswa bisa merasakan berkuliah selama 3-12 bulan, tergantung program yang ada di kampus tujuan.
Nah, student mobility yang diikuti oleh kedelapan mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie memiliki kampus tujuan Universitas Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM). Mereka memiliki kesempatan berkuliah di jurusan yang sama yakni Food Technology selama 1 semester dan sekitar 4 bulan.
Di sana mereka belajar mata kuliah seputar Food Technology menggunakan Bahasa Inggris dan Melayu. Rifki Alfarezi menambahkan kalau di sana ada perbedaannya sedikit dibandingkan dengan sistem pembelajaran di Universitas Bakrie. Di sana tidak ada yang namanya Ujian Tengah Semester (UTS), namun ada 2 kali sesi kuis, 2 test, dan final exam.
Baca juga: Simak Cerita Awardee Indonesian International Student Mobility Awards 2022
Bagaimana Proses Seleksi Student Mobility?
Sebelumnya kami telah melakukan wawancara singkat kepada 8 peserta ini. Mereka menyebutkan awal mula dari proses seleksi Student Mobility Program ini adalah adanya informasi dari Program Studi mereka. Kemudian mereka melakukan pendaftaran dan mengumpulkan Nilai TOEFL serta nilai IPS (Indeks Prestasi Semester) sebelumnya.
Setelah itu mereka akan dilakukan penyaringan kembali. Nah, apabila mereka berhasil maka tahap selanjutnya yang akan dijalani adalah mengurus paspor, VISA, dan kelengkapan lainnya.
Hal Berharga yang Didapat dari Student Mobility Program
Tentunya belajar di negeri orang secara tidak langsung akan memberikan pengalaman yang berharga bagi kedelapan mahasiswa tersebut. Violent, salah satu mahasiswi yang mengikuti program ini menambahkan kalau program ini tentu menambah relasinya, khususnya ia bisa memiliki teman-teman dari berbeda negara.
Belajar budaya yang ada di sana juga menjadi pengalaman yang tak ternilai bagi mereka. Salah satunya mereka mengikuti Malaysia Our Second Home, di mana program ini mengumpulkan mahasiswa asing dari berbagai negara untuk belajar dan menginap di salah satu kota Malaysia dalam beberapa hari.
Seru sekali bukan?
Mahasiswa lainnya, Pedro Gosal menambahkan awalnya mereka memiliki kesulitan dalam menelaah Bahasa Melayu ketika berkuliah. Pasalnya, Bahasa Melayu yang ada nyatanya jauh berbeda jika dibanding dengan yang ada di film-film. Namun, pada akhirnya kesulitan tersebut bisa mereka tuntaskan. Dan tentunya, ini menambah kemampuan bahasa asing dari para peserta.
Universitas Bakrie Berikan Dukungan Penuh
Universitas Bakrie sebagai kampus ramah prestasi tentu memberikan dukungan penuh pada program ini. Di akhir wawancara, Muhammad Reyshari dan Verlyn menambahkan jika Universitas Bakrie memberikan dukungan penuh khususnya akomodasi. Salah satunya adalah biaya sewa asrama. Ini yang menjadikan nilai plus. Rey menambahkan karena mahasiswa dari negara lain tidak diberikan fasilitas ini. Mengingat biasa sewa di sana juga mahal.
Tak hanya itu, para dosen dari Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan pun memberikan dukungan penuh. Mereka selalu dipantau untuk progres belajarnya dan selalu ditanya apakah ada kendala. Jika menemukan kendala, dosen pun tak segan-segan untuk memberikan sesi konsultasi melalui Zoom.
Kamu mau berprestasi dan bahkan ingin mencicipi student mobility program seperti mereka? Yuk, kuliah di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie!