Hai! Sadarkah kamu bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini sektor industri berkembang dengan sangat pesat! Yaps, tidak terkecuali untuk industri makanan atau istilah kerennya sering dikenal dengan food and beverages. Kini, perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan berlomba-lomba untuk membuat inovasi pada tekstur, nutrisi, dan estetika semata-mata untuk dapat memuaskan pasar atau konsumen. Terbaru ada yang namanya 3D Food Printing, lho!

Untuk menunjang tuntutan kebutuhan tersebut, munculah sebuah inovasi makanan cetak tiga dimensi untuk menghadirkan sebuah revolusi proses produksi makanan yang efektif dan efisien. Teknologi ini mulai berkembang sejak tahun 2006 dan sedikit demi sedikit mulai pendapat peminat menjadi metode produksi makanan yang banyak dikerjakan.  

Yuk, kita cari tahu lebih dalam tentang 3D Food Printing ini! Gaskeunnn!

Mari Berkenalan dengan Teknologi 3D Food Printing

3D Food Printing dalam industri makanan adalah sebuah proses produksi makanan menggunakan teknologi pencetakan 3D. Prinsip sederhana dari teknologi ini adalah memastikan bahwa, ketika bahan makanan diektrusi mengikuti program, bahan tersebut dapat membentuk dan mempertahankan bentuk yang diharapkan, tanpa mengurangi khasiat dari produknya. 

Hal yang perlu digaris bawahi adalah Printer 3D makanan tidak memasak makanan, melainkan menyiapkannya ke dalam bentuk yang diinginkan. Walaupun setelahnya, mungkin perlu proses lebih lanjut untuk dimasak setelah proses pencetakan selesai, tetapi sejumlah produk, seperti gula atau coklat dapat  langsung dikonsumsi setelah dicetak.

Prinsip Kerja Teknologi 3D Food Printing

Setelah kita mengetahui pengertiannya, mari kita kenali prinsip kerja dari 3D Food Printing yuk! 

Untuk lebih mudahnya, mari kita contohkan prinsip kerja pada pencetakan cokelat, yakni salah satu jenis 3D Food Printing  yang relatif sederhana. Ini dia prinsip kerjanya:

  1. Pelelehan bahan baku (biasanya chocolate compound) akan terjadi pada suhu di atas titik leleh
  2. Setelah itu, bahan didorong keluar dari lubang extruder dengan mengikuti pola desain yang telah dibuat secara digital
  3. Nah, cokelat yang meleleh akan jatuh pada stage dan segera mengeras ketika suhu kristalisasi sudah tercapai, hal ini membutuhkan suhu ruangan yang relatif sejuk
  4. Lapisan demi lapisan akan terbentuk menjadi objek 3-dimensi hingga berakhir pada permukaan objek paling atas.

Kuliah Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie

Yaps, 3D Food Printing dapat menjadi sektor yang menjanjikan di masa depan dalam hal industri makanan. Hadirnya teknologi ini membuka mata publik akan adanya revolusi di bidang makanan, di mana pengolahan makanan tidak hanya masih sebatas konvensional. Adanya teknologi ini juga akan membuat produksi makanan menjadi jauh lebih efektif dan efisien. 

Apakah kamu tertarik untuk menjadi ahli makanan yang fokus pada penerapan 3D Food Printing? Dengan menjadi mahasiswa Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan, kamu dapat mewujudkan mimpimu! Prodi Ilmu dan Teknologi pangan sudah didukung dengan Laboratorium Evaluasi Sensori & Pengolahan Pangan  Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie.

Laboratorium ini telah dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang dapat menunjang proses perkuliahan, praktikum dan penelitian mahasiswa dan dosen, dengan mencakup:

  1. Evaluasi Sensori
  2. Perilaku Konsumen; dan
  3. Pengembangan Produk

Laboratorium Evaluasi Sensori dan Pengolahan Pangan sudah dilengkapi juga dengan Mesin 3D Food Printing dan selain itu juga telah dilengkapi dengan sepuluh bilik uji (booth) , dapur persiapan, ruang diskusi dan ruang focus group discussion, komputer dan software analyst (XLstat Sensory), serta peralatan pendukung uji sensori seperti glassware dan prosedur standar pengujian.

Sarana dan prasarana ini juga didukung dengan pengajar-pengajar yang berpengalaman dan merupakan ahli di bidangnya yang akan mendukung pelaksanaan proses perkuliahan.  Yuk, kunjungi www.bakrie.ac.id untuk dapatkan informasi dan berita mengenai Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie!