Dalam Ilmu Politik khususnya pada peminatan Hubungan Internasional terdapat dua konsep yang lekat dan wajib kamu. Mereka adalah High politics dan Low Politics. Lantas, apa yang membedakan dua istilah tersebut? Dan bagaimana awal mula dua konsep ini bisa terbentuk?
Simak artikel ini selengkapnya!
Apa itu High Politics dan Low Politics?
Melansir dari buku “The Cuban Missile Crisis: A Critical Reappraisal” yang ditulis oleh Len Scott dan R Gerald Hughes, istilah high politics sendiri hadir diciptakan selama Perang Dingin yang berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Soviet beserta sekutunya. Melihat pada saat itu, ancaman bom atom memperjelas apa yang harus diperjuangkan dan apa yang tidak. Kondisi inilah yang akhirnya memperjelas apa yang dimaksud dengan high politics dan low politics.
High politics sendiri diartikan sebagai hal-hal vital yang diperlukan oleh sebuah negara demi menjaga keberlangsungan hidup negara tersebut. Beberapa hal yang termasuk menjadi high politics adalah isu-isu keamanan nasional dan internasional, diplomasi, serta militer.
Sedangkan low politics merupakan beberapa hal yang tidak mutlak vital bagi keberlangsungan hidup sebuah negara, seperti urusan ekonomi, sosial, budaya, olahraga, dan pariwisata. Low politics menyangkut semua hal yang berhubungan dengan keamanan sosial atau manusia.
Contoh Low Politics
Penasaran dengan salah satu contoh low politics yang pernah terjadi di Indonesia? Nah salah satunya adalah ramainya pembericaan sepak bola beberapa waktu lalu.
Tak bisa dipungkiri, sepak bola memiliki kaitannya dengan politik. Walaupun kita semua tau sepak bola adalah olahraga yang tentunya harus menjunjung tinggi nilai sportivitas dan nilai persahabatan.
Masih ingat dengan ramainya pemberitaan batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang ditetapkan oleh FIFA belakangan waktu lalu? Di hubungan internasional, sepak bola ini masuk ke dalam low politics.
Dilansir dari Times Indonesia, adanya intervensi politik pada dunia sepak bola terjadi karena adanya berbagai penolakan dari beberapa pihak terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia karena Timnas Israel akan menjadi salah satu tim yang bertanding di ajang bergengsi tersebut. Hal ini terjadi karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara tersebut sejak kemerdekaan. Hal yang menyebabkannya bukan lain adalah negara tersebut hingga kini masih melakukan agresi terhadap negara Palestina dan hal ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai pada pembukaan UUD 1945 alenia pertama.
Dan, ya, karena adanya penolakan tersebut, Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA. Tentu isu ini menghasilkan banyak pandangan pro dan kontra. Namun, sekali lagi ekonomi, sosial, budaya, olahraga, dan pariwisata menjadi kategori low politics karena hal ini bukan termasuk hal vital yang berdampak langsung dengan keberlangsungan hidup suatu negara.
Yaps, itulah penjelasan mengenai high politics dan low politics dalam dunia hubungan internasional. Kamu adalah orang yang punya minat tinggi dengan hal yang berbau politik dan isu global? Yuk, kuliah dan daftarkan dirimu di Ilmu Politik Universitas Bakrie!