Semiotika adalah sebuah teori yang dipelajari dan digunakan dalam kehidupan sosial anak Ilmu Komunikasi sehari-harinya. Semiotika pada akarnya, akan mengantarkanmu kepada hal-hal yang kamu anggap sepele, tapi ternyata kadang itu adalah sebuah makna tersirat yang bisa menjadi arti besar, lho!
Kepoin lebih lengkapnya, yuk!
Semiotika? Sebenarnya Teori Apa Sih?
Menurut salah satu ahli di dunia yang merupakan ahli Semiotika, teori ini adalah “ilmu yang digunakan untuk mengetahui makna dari sebuah tanda, dan untuk mengartikan sebuah tanda yang memiliki pesan tertentu bagi orang banyak” ujar Roland Barthes.
Nah, singkatnya Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sebuah tanda yang dapat maupun tidak dapat diamati untuk dijadikan sebuah informasi bagi khalayak luas. Misalnya, saat kamu melewati jalanan raya, akan banyak sekali rambu yang kamu temui, mulai dari rambu dengan huruf S yang dicoret, sampai dengan rambu bentuk segitiga dengan tanda seru di dalamnya.
Konsep Dasar Semiotika
Konsep dasar Semiotika adalah tentang mempelajari sebuah mitos dan metafora, yang di dalam dasarnya terdapat 3 elemen, yaitu tanda/simbol, kode, dan makna. Yuk, kita bahas rincian dari 3 elemen yang menjadi konsep dasar dari Semiotika!
1. Tanda (Sign)
Seperti contoh yang sudah dijelaskan di atas, tanda sendiri merupakan aspek material yang terdiri dari suara, huruf, gambar, gerak, dan berbagai macam bentuk yang dikenal dan yang ada di muka bumi ini. Tanda biasanya
2. Penanda (Signifier)
Penanda yang lebih sering dibahas dalam pembelajaran Teori Semiotika dalam Ilmu Komunikasi, mencangkup hal yang dilihat, didengarkan, dan dikatakan. Secara tidak langsung, pada elemen kedua dari Semiotika ini, manusia dituntut untuk mempergunakan indra tubuhnya secara baik apabila ingin menangkap sebuah pesan.
3. Petanda (Signified)
Petanda yang agak sulit ditelaah ternyata jadi salah satu dasar dari elemen teori Semiotika yang dipelajari. Aspek Petanda terdiri dari Mental, Pikiran, dan Konsep, yang mana tiga hal yang disebutkan sering kali hanya dapat dirasakan oleh seseorang yang memiliki perasaan yang dalam dan seorang pengamat.
Macam-macam Semiotika
Setelah membahasa tiga elemen dasar dari Teori Semiotika, sekarang kita akan lebih jauh mengenal tentang Teori Semiotika, lewat pembagian dari pengelompokan teori ini sendiri.
1. Semantik
Semantik adalah hubungan antara tanda dan hal yang terlihat secara jelas. Semantik dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu; Semantik Deskriptif, Semantik Generatif, dan Semantik Gramatikal. Salah satu contoh dari kategori Semantik ini adalah, penggunaan kata bisa dan dapat, yang mengartikan seseorang yang memiliki kemampuan pada sesuatu yang dilaluinya.
2. Sintaksis
Sintaksis adalah hubungan antara sifat formal dari sebuah tanda dan simbol, yang berkaitan dengan tata cara pembentukan frasa dan kalimat. Menurut Hasan Alwi, seorang ahli Bahasa dari Indonesia, empat kategori dari Sintaksis yang menjadi pilar utamanya adalah verba (kata kerja), nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat), dan adverbia (kata keterangan), yang sering kali juga dilengkapi dengan penggunaan preposisi (kata depan), serta konjungsi (kata sambung). Salah satu contohnya seperti, Ahmad mengajak Dinda untuk makan malam bersama di Rumah.
3. Pragmatik
Pragmatik adalah kajian terkait dengan bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian atau pemahaman bahasa itu sendiri. Pragmatik sendiri dibagi menjadi lima jenis di dalamnya, yaitu deiksis, implikatur, pra anggapan, tindak tutur, serta struktur wacana. Contohnya ketika orang Medan berbicara dengan keras, tidak menandakan orang tersebut marah, namun logat yang sudah menjadi ciri khas adalah penyebabnya.
Yaps, itu dia akar dan pengetahuan singkat untuk kamu tentang Teori Semiotika! Tentunya, tidak hanya anak Ilmu Komunikasi saja yang harus mengetahui dan paham tentang teori ini, karena salah Charles Sanders Peirce, ahli Semiotika terkemuka berkata; “Semiotika merupakan ilmu yang harus ditandai dan dipakai dalam usaha-usaha manusia mencari jalan hidupnya di muka bumi ini. Semiotika telah terhadirkan di tengah-tengah manusia, bersama manusia-manusia juga.”