Di era digital yang serba cepat ini, konten tidak hanya dianggap sebagai sarana penyampaian informasi, melainkan juga sebagai produk yang memiliki nilai ekonomi. Konten di berbagai platform sering kali diolah dan diubah menjadi komoditas yang bisa “diperjualbelikan”, baik secara langsung maupun tidak langsung. Inilah yang dikenal sebagai komodifikasi konten, sebuah fenomena yang semakin marak terjadi dalam industri media.
Namun, apa sebenarnya komodifikasi konten? Pentingkah hal ini dalam dunia media? Mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini!
Kenalan dengan 3 Bentuk Komodifikasi
Menurut Vincent Mosco, seorang ahli dalam studi media dan komunikasi, komodifikasi merujuk pada proses di mana suatu hal yang awalnya tidak berbentuk barang atau produk diperlakukan sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi. Dalam konteks media, komodifikasi ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Berikut adalah tiga bentuk komodifikasi yang dijelaskan oleh Mosco:
1. Komodifikasi Konten
Ini adalah bentuk komodifikasi yang paling sering terjadi di industri media. Informasi, berita, atau hiburan yang awalnya berfungsi untuk menyampaikan pesan kepada publik diubah menjadi produk yang bisa dijual. Konten ini dikemas sedemikian rupa agar memiliki nilai ekonomi melalui iklan, berlangganan, atau sponsor.
2. Komodifikasi Pekerja
Komodifikasi pekerja terjadi ketika tenaga kerja, seperti jurnalis, kreator konten, atau pekerja media lainnya, dipekerjakan semata-mata sebagai bagian dari proses produksi. Tenaga kerja ini diperlakukan sebagai barang atau jasa yang bisa dieksploitasi, sering kali dengan fokus pada produktivitas dan efisiensi, bukan pada kualitas hidup atau kesejahteraan mereka.
3. Komodifikasi Audiens
Dalam komodifikasi audiens, penonton atau pengguna media dilihat sebagai komoditas yang bisa "dijual" kepada pengiklan. Perusahaan media menggunakan data audiens untuk menarik pengiklan, sehingga audiens tidak hanya menjadi konsumen konten, tetapi juga produk yang diperjualbelikan dalam industri periklanan.
Apa Itu Komodifikasi Konten?
Komodifikasi konten adalah proses di mana konten, baik itu informasi, hiburan, maupun seni, diubah menjadi produk yang dapat diperjualbelikan. Dalam konteks media, konten yang awalnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan informatif atau hiburan bagi audiens kini dilihat dari sisi ekonomisnya. Dengan demikian, konten tersebut dikemas agar memiliki nilai ekonomi, baik melalui iklan, langganan, atau kerja sama sponsor.
Pada dasarnya, media modern memandang konten sebagai alat untuk menghasilkan pendapatan atau untuk bisa survive. Konten yang dianggap "menguntungkan" akan diproduksi lebih banyak, sementara konten yang tidak mendatangkan keuntungan ekonomi akan minim produksi atau bahkan diabaikan. Contohnya, berita atau artikel yang viral akan terus dipromosikan agar semakin banyak iklan yang ditampilkan dan audiens semakin tertarik.
Apa Manfaat dari Komodifikasi Konten?
Komodifikasi konten memiliki beberapa manfaat, baik bagi produsen konten maupun bagi konsumen, di antaranya:
1. Monetisasi Konten
Salah satu manfaat utama dari komodifikasi konten adalah kemampuan untuk memonetisasi konten yang dihasilkan. Bagi para pembuat konten, ini adalah cara untuk mendapatkan penghasilan dari karya mereka. Penghasilan ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk: iklan, subscribe atau berlangganan, sponsorship, dan penjualan langsung.
2. Memperluas Distribusi
Dengan komodifikasi, konten dapat menjangkau lebih banyak audiens melalui berbagai platform yang tersedia. Konten yang awalnya mungkin hanya muncul di media tradisional kini bisa disebarkan melalui media sosial, website, dan aplikasi, yang meningkatkan visibilitas dan potensi pendapatan.
3. Peluang Kolaborasi dan Inovasi
Komodifikasi konten juga membuka peluang untuk kerja sama dengan brand, perusahaan, atau lainnya, yang dapat memperkaya dan memperluas bentuk konten itu sendiri. Misalnya, kolaborasi antara pembuat konten dan perusahaan teknologi dapat menghasilkan format konten yang lebih interaktif dan inovatif.
Contoh Komodifikasi Konten pada Pemberitaan Pemain Naturalisasi PSSI
Apakah kamu penggemar Rafael Struick? Nathan Tjoe-A-On? Shayne Pattynama? Atau sejumlah nama-nama pemain naturalisasi lainnya
Yupp, salah satu contoh nyata dari komodifikasi konten di Indonesia adalah bagaimana sejumlah media daring memberitakan tentang pemain naturalisasi PSSI. Proses naturalisasi pemain sepak bola yang berasal dari luar negeri menjadi isu yang sering kali diangkat oleh media. Berita-berita tentang pemain naturalisasi tidak hanya dilihat sebagai informasi bagi penggemar sepak bola, tetapi juga sebagai konten yang memiliki nilai komersial tinggi.
Media daring memanfaatkan momen ini dengan memproduksi artikel, video, dan konten multimedia yang menarik perhatian penggemar sepak bola. Berita-berita tersebut dirancang untuk mendatangkan banyak pembaca, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan iklan. Bahkan, pemberitaan mengenai pemain naturalisasi sering kali dihubungkan dengan sentimen nasionalisme, yang membuat audiens semakin tertarik untuk mengikuti perkembangan berita tersebut.
Misalnya, setiap kali ada berita tentang pemain naturalisasi baru yang akan bergabung dengan tim nasional, berbagai media online akan berlomba-lomba membuat konten tentang pemain tersebut. Pemberitaan yang sensasional dan berulang ini sering kali dikaitkan dengan pernyataan dari pelatih atau pejabat PSSI, serta komentar-komentar dari masyarakat, yang semakin memperkuat nilai komersial dari konten tersebut. Belum lagi paras pemain naturalisasi yang merupakan keturunan half-blood Indonesia dengan Eropa menjadikan mereka sebagai sesuatu visual yang menarik dibandingkan dengan menampilkan visual pemain lokal.
Simak informasi-informasi menarik lainnya hanya di news.bakrie.ac.id