Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, ancaman siber telah menjadi tantangan serius bagi keamanan informasi dan privasi pengguna. Salah satu ancaman yang semakin meresahkan adalah social engineering attacks. Fenomena ini melibatkan manipulasi psikologis dan rekayasa sosial untuk memanipulasi seseorang dengan tujuan memperoleh akses tanpa izin atau informasi rahasia.
Maraknya serangan social engineering memunculkan kekhawatiran baru dalam dunia siber, mengingat metode ini menargetkan beberapa orang tertentu yang rentan terhadap manipulasi. Dengan peredaran informasi yang semakin cepat melalui platform media sosial dan komunikasi digital, sangat penting untuk terus waspada dengan social engineering attacks.
Simak artikel berikut sampai akhir!
Apa itu Social Engineering?
Social engineering adalah cara dimana penipu atau pelaku menggunakan kesalahan atau kecerobohan individu untuk mencuri data atau informasi penting yang konfidensial. Para pelaku social engineering dengan mudah bisa memperdaya orang lain dan membuat orang lain tidak sadar bahkan melalui alat komunikasi. Jika dulunya ‘hipnotis’ hanya dilakukan melalui tatap muka saja, bisa dikatakan social engineering adalah ‘trik hipnotis online’ para pelaku. Orang bisa secara tidak sadar memberikan informasi penting, menyebarkan sesuatu yang tidak seharusnya, atau bahkan memberi akses ke sistem alat komunikasi yang digunakan.
Para penipu akan menggunakan trik psikologis untuk membuat korban melakukan apa yang mereka inginkan. Para pelaku social engineering akan memanfaatkan bagaimana seseorang bereaksi untuk merencanakan serangan mereka. Teknik ini didasarkan pada memanfaatkan sifat manusia yang rentan terhadap pengaruh sosial dan emosional, seperti rasa percaya, ketergantungan, atau kurangnya kewaspadaan.
Serangan social engineering seringkali bertujuan untuk mencuri informasi pribadi, kata sandi, data keuangan, atau mengakses sistem komputer dengan cara yang tidak sah. Metode social engineering bisa melibatkan komunikasi secara langsung, seperti percakapan telepon atau tatap muka, atau melalui komunikasi digital seperti email, pesan teks, atau media sosial.
Baca juga: Kenalan Manfaat Big Data dalam Dunia Sistem Informasi
Apa Saja Jenis-jenis Social Engineering?
1. Baitling
Baiting adalah salah satu bentuk umum dari serangan social engineering. Seperti namanya, strategi ini menggunakan daya tarik tertentu untuk menarik perhatian korban. Pelaku akan menarik perhatian target dengan motif-motif yang sering kali tidak terdeteksi.
Contohnya, ketika kamu berencana mengunduh berkas dari internet, pastikan untuk tetap waspada jika diminta memberikan izin akses. Hal ini bisa saja memberikan peluang bagi pelaku untuk mencuri data pribadi.
2. Phishing
Selanjutnya, jenis social engineering juga bisa berupa phishing. Trik ini merupakan usaha untuk memanipulasi seseorang agar dapat memperoleh informasi pribadi sampai data keuangan.
Biasanya, phishing berupa email atau pesan teks yang dirancang untuk menciptakan rasa mendesak atau ketakutan pada korban. Setelah itu, pelaku akan mendorong korban untuk mengungkapkan informasi pribadi, mengklik tautan menuju situs web berbahaya, atau membuka berkas yang berisikan malware.
3. Pretexting
Ketiga, pretexting adalah jenis kejahatan siber di mana pelaku membuat cerita atau alasan palsu untuk meyakinkan ‘calon korban’ agar memberikan informasi pribadi atau akses yang seharusnya tidak diberikan. Pelaku akan membuat skenario palsu yang meyakinkan korban untuk memberikan data yang berharga.
Sebagai contoh pelaku menghubungi seseorang dan mengaku bahwa dirinya adalah call centre sebuah perusahaan yang ingin melakukan validasi data, kata sandi atau bahkan verifikasi akun. Terus waspada dan jangan sampai mudah percaya, ya!
4. Scaraware
Scareware merupakan tindakan oleh para pelaku yang bertujuan mengintimidasi target melalui tampilan peringatan atau disclaimer yang muncul pada aplikasi maupun device yang digunakan. Pelaku bisa dengan niat meniru tampilan suatu aplikasi yang jika sekilas dilihat benar-benar sama dan korban bisa dengan mudah termanipulasi. Jika di klik, pelaku dapat mengambil kesempatan dengan mudah dan tentu akan sangat merugikan.
Seiring berkembangnya waktu, para pelaku social engineering juga turut ‘mengikuti trend dan digitalisasi’ untuk melakukan hal negatif tersebut, mulai dari modus melalui SMS, media sosial bahkan sampai ke aplikasi dan device yang kamu gunakan. Maka dari itu, pastikan untuk terus waspada, berhati-hati dan tetap bijak dalam menggunakan alat komunikasi sehari-harinya ya! Temukan informasi menarik lainnya di Universitas Bakrie!